Belajar dari Tragedi Ibu Guru Melani Wamea di Yahukimo

- Penulis

Minggu, 12 Oktober 2025 - 17:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Papua Pegunungan – Tragedi yang menimpa seorang guru perempuan, Melani Wamea, di Kabupaten Yahukimo kembali mengguncang nurani publik. Aksi kejam yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ini menambah daftar panjang korban dari kalangan tenaga pendidik dan kesehatan di wilayah pedalaman Papua.

Peristiwa ini sekaligus memunculkan gelombang opini di ruang publik. Banyak pihak menilai bahwa narasi “Papua tidak butuh militer, tapi butuh guru dan tenaga medis” yang kerap didengungkan oleh sebagian aktivis kini patut dipertanyakan kembali.

Sejumlah pengamat keamanan menilai tragedi ini sebagai bukti nyata betapa kompleksnya situasi keamanan di Papua. “Jika guru dan tenaga medis yang datang dengan niat tulus membantu justru menjadi sasaran kekerasan, maka negara perlu meninjau ulang strategi perlindungan di wilayah rawan tersebut,” ujar salah satu pengamat sosial di Jayapura.

Baca Juga :  Polda Papua dan Inspektorat Papua Selatan Lakukan Pengawasan di Pelabuhan Laut Merauke

Di sisi lain, masyarakat menyoroti diamnya sebagian aktivis dan kelompok sipil yang selama ini lantang menolak kehadiran aparat di Papua. “Ketika aparat bertindak, mereka teriak pelanggaran HAM. Tapi ketika guru dan nakes dibantai, mereka diam,” ungkap seorang tokoh pendidikan Papua yang enggan disebut namanya.

Tragedi ini juga memantik seruan agar pemerintah lebih bijak dalam menempatkan tenaga sipil di wilayah rawan. Sebagian masyarakat bahkan menyarankan agar para mahasiswa dan aktivis yang kerap menyerukan “Papua damai tanpa militer” turut turun langsung ke lapangan untuk berkontribusi nyata dalam pendidikan di daerah asal mereka.

Baca Juga :  Pdt. Arie Mabel: Jangan Terprovokasi, Jaga Persatuan Jelang 17 Agustus

Pada akhirnya, peristiwa yang menimpa almarhumah Melani Wamea menjadi cermin getir bahwa niat baik tidak selalu diterima dengan damai di tanah yang masih bergolak. Keamanan, pendidikan, dan kemanusiaan tidak bisa berdiri sendiri — semuanya membutuhkan sinergi yang realistis, bukan sekadar slogan.(rd)

Berita Terkait

BTC Polres Fakfak Torehkan Prestasi Gemilang di Kejuaraan Taekwondo Bupati Cup Fakfak Iii Tahun 2025
Willem Wandik Desak Perdasus Perdamaian Papua Tengah
DGP-STTWPJ Gelar Festival Literasi dan Resiliensi Papua
Respons Personel Polsek Elikobel tanggani peristiwa Laka Lantas di jalan Trans Papua KM.188
Sat Narkoba Polres Merauke Gagalkan Produksi Minuman Lokal Jenis Sopi Terbesar di Kabupaten Merauke
Operasi Zebra Cartenz Hari Kedua, Ditlantas Polda Papua Tegur 122 Pengendara
Operasi Zebra 2025, Sat Lantas Tolikara Gelar Sosialisasi
Bhayangkari Daerah Papua Ikuti Zoom Penyampaian Materi Musyawarah Bhayangkari Tahun 2025
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 20:24 WIB

BTC Polres Fakfak Torehkan Prestasi Gemilang di Kejuaraan Taekwondo Bupati Cup Fakfak Iii Tahun 2025

Selasa, 18 November 2025 - 19:36 WIB

Willem Wandik Desak Perdasus Perdamaian Papua Tengah

Selasa, 18 November 2025 - 19:08 WIB

DGP-STTWPJ Gelar Festival Literasi dan Resiliensi Papua

Selasa, 18 November 2025 - 16:32 WIB

Respons Personel Polsek Elikobel tanggani peristiwa Laka Lantas di jalan Trans Papua KM.188

Selasa, 18 November 2025 - 16:31 WIB

Sat Narkoba Polres Merauke Gagalkan Produksi Minuman Lokal Jenis Sopi Terbesar di Kabupaten Merauke

Berita Terbaru

Daerah

Willem Wandik Desak Perdasus Perdamaian Papua Tengah

Selasa, 18 Nov 2025 - 19:36 WIB

Daerah

DGP-STTWPJ Gelar Festival Literasi dan Resiliensi Papua

Selasa, 18 Nov 2025 - 19:08 WIB