Papua – Panggung politik Papua memasuki babak baru. DPR Papua resmi menetapkan pasangan Mathius D. Fakhiri dan Aryoko Rumaropen sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua periode 2025–2030. Keputusan ini mengikuti hasil penetapan KPU Papua setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Seluruh mata kini tertuju pada prosesi pelantikan yang dijadwalkan berlangsung di Istana Negara, 1–3 Oktober mendatang. Bukan hanya masyarakat umum, para tokoh agama pun menitipkan harapan besar kepada duet yang dikenal dengan sebutan Mari-Yo itu.
“Pertarungan politik sudah selesai. Sekarang waktunya berjalan bersama. Kami ingin pemimpin yang bisa merangkul semua, tanpa membeda-bedakan agama atau suku. Papua ini rumah kita bersama,” ujar Pastor Jhon Bunai, Jumat (26/9/2025).
Menurutnya, suksesnya kepemimpinan tidak semata ditentukan oleh gubernur dan wakil gubernur, tapi juga partisipasi rakyat. “Pemerintah, adat, dan agama adalah tiga pilar utama. Kalau ketiganya solid, Papua pasti lebih maju,” tegasnya.
Hal senada datang dari tokoh Muslim Papua, Thaha Alhamid. Ia menekankan bahwa kedamaian adalah syarat mutlak pembangunan.
“Pembangunan hanya bisa jalan kalau Papua damai. Jadi mari kita dukung gubernur dan wakil gubernur terpilih agar Papua bisa maju dengan tenang,” katanya.
Thaha juga menilai kepemimpinan Mari-Yo merupakan kombinasi yang ideal. “Pak Fakhiri punya pengalaman menjaga keamanan, Pak Aryoko paham birokrasi. Perpaduan ini pas untuk membawa Papua lebih baik,” tambahnya.
Ia bahkan mengingatkan bahwa sektor jasa bisa menjadi penopang ekonomi Papua ke depan, asalkan keamanan tetap kondusif. “Tanpa rasa aman, sektor apa pun sulit berkembang,” ujarnya.
Baik Pastor Jhon maupun Thaha sepakat: lima tahun ke depan harus menjadi momentum kerja bersama, bukan lagi ajang perdebatan politik. “Mari kita gunakan energi untuk membangun, bukan saling menjatuhkan,” tutup Thaha.(rd)