Jakarta – Anggota Komisi XII DPR RI, Moreno Soeprapto, berharap pengembangan Industri EV (Electric Vehicle) di Indonesia tidak sekadar mengikuti tren global saja, khususnya pengembangan baterai kendaraan listrik. Tetapi, juga mampu dimaksimalkan untuk mendorong kemajuan nasional seperti listrik rumah tangga dan sekolah. Pasalnya, jika hanya fokus pada kendaraan listrik, maka dikhawatirkan Indonesia hanya akan menjadi pengikut, alias akan tertinggal dengan negara lain.
Hal itu disampaikan Moreno dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII dengan Dirut IBC, PLN, ANTAM dan Pertamina di ruang rapat Komisi XII, DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (17/2/2025).
“Dalam paparan saya lihat hanya bicara tentang otomotif untuk industri Baterai EV ini. Namun, sebenarnya kita sedang fokus, bagaimana masyarakat rumahnya, listriknya, tetap nyala, dan sekolah punya listrik. Karena, kalau seandainya hanya berfokus kepada (kendaraan listrik) mobil saja, sedangkan sekarang dunia otomotif saat ini malah sedang pengembangan ke hidrogen. Dengan kata lain, jangan sampai kita lagi bangun pabriknya, sedangkan dunia internasional sudah pengembangan ke teknologi yang lain. Maka kita ketinggalan lagi. Jadi kita bukan jadi player di dunia, malah jadi followers, dan akhirnya kita jadi konsumen di dalam negeri sendiri,” jelasnya.
Dengan kata lain, lanjut Moreno, pengembangan industri EV ini sangat penting, karena sebagai bagian dari hilirisasi. Sebagaimana yang ada dalam Astacita nomor 5, pengembangan berkelanjutan, hilirisasi sumber daya alam, meningkatkan nilai tambah. Namun, jangan sampai hal itu hanya terfokus pada kendaraan listrik saja.
Karena itu, Politisi dari Fraksi Partai Gerindra ini berharap agar pengembangan industri baterai sekadar memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk pasar global, termasuk sektor industri di luar otomotif. Sehingga dengan strategi yang tepat, ekspor baterai ke luar negeri sangat diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang lebih untuk Indonesia.
“Kembali saya tekankan bahwa, kita memang perlu untuk pengembangan baterai, sangat-sangat perlu, karena terkait hilirisasi, tapi jangan fokus kepada EV. Pengembangan baterai ini harus dihitung betul, dari 22 yang tadi, komoditi yang kita jaga betul, apakah ini bisa dipertanggungjawabkan,” pungkasnya.(fg/rd)